
CintaBerita™- Perebutan status pesepakbola terbaik sejagad dua pemain ini mendominasi headline sepakbola hampir selama satu dekade terakhir, masihkah akan berlanjut?
Sejak Ballon d’Or 2008 dimenangkan oleh Cristiano Ronaldo, gelar pesepakbola terhebat sejagad menjadi duopoli bintang Portugal tersebut dan Lionel Messi. Messi untuk sementara unggul atas Ronaldo dinilai dari jumlah koleksi penghargaan individual tersebut. La Pulga sudah mengemas lima penghargaan, sementara Ronaldo empat.
Walau begitu, 2016 dikuasai sepenuhnya oleh Cristiano Ronaldo. Megabintang Real Madrid itu memenangkan deretan gelar bergengsi baik di level klub maupun internasional. Kiprahnya dimulai dari juara Liga Champions, Euro 2016, hingga Piala Dunia Antarklub. Performa menakjubkan itulah yang membuatnya pantas dianugerahi Ballon d’Or tahun ini.
Perdebatan tentang pesepakbola terbaik sejagad memang masih berlanjut hingga saat ini, namun akankah perdebatan yang sama bertahan hingga akhir 2017? Mampukah dua makhluk terhebat dunia sepakbola itu mempertahankan performa fenomenalnya di lapangan hijau? CintaBerita™ coba menyajikan jawaban untuk pertanyaan yang sulit itu …

Ketika melihat Messi yang sangat fantastis di 2015, mungkin penggemar sepakbola berpendapat La Pulga takkan pernah berhenti mendominasi bumi sepakbola. La Pulga meraih lima gelar bersama Barcelona sepanjang kalender tersebut dan menutup aksinya dengan penghargaan Ballon d’Or.
Adapun sepandai-pandainya Messi menggocek, akhirnya jatuh juga. Bintang Argentina itu didera kelelahan dan sempat kehilangan performa terbaiknya di pengujung musim 2015/16. Blaugrana mengalami rangkaian inkonsistensi di La Liga, bahkan tersingkir di Liga Champions. Beruntung, Luis Suarez menutup lubang yang ditinggal Messi ketika cedera sehingga Blaugrana berhasil memenangkan La Liga dan Copa del Rey lewat selisih tipis dengan Real Madrid.
Penurunan performa La Pulga itu terpampang jelas pada statistiknya selama 2015/16. Messi mencetak 41 gol dan 23 assist selama periode tersebut. Walau bisa dianggap istimewa, catatan tersebut merupakan yang terburuk kedua untuk Messi dalam tujuh musim terakhirnya – catatan terburuknya terjadi di musim 2013/14 dengan 41 gol dan 14 assist plus satu gelar Piala Super Spanyol.
Catatan tersebut disambung dengan petaka lain di level internasional. Messi boleh saja membawa Argentina ke final Copa America Centenario, tapi La Pulga masih harus puasa gelar internasional. Argentina takluk dari Cile dalam babak adu penalti dan Messi menjadi salah satu penggawa Albiceleste yang gagal mengeksekusi penaltinya.
Air mata mewarnai kegagalan Messi di Copa America dan secara emosional, sang legenda memutuskan gantung sepatu dari timnasnya. Untung saja publik Argentina mampu meyakinkan legendanya untuk kembali bermain. Dengan penampilan baru – rambut pirangnya – Messi kembali untuk memenuhi ambisinya juara bersama Argentina.

Tentu saja untuk kembali ke performa terbaik, langkah Messi tidak mudah. Secara individual, Messi masih brilian di awal musim 2016/17. Suami dari Antonella Rocuzzo itu sudah mencatatkan 23 gol dan tujuh assist dalam 20 pertandingan di semua kompetisi bersama Barcelona. Hanya saja, Real Madrid membuat persaingan di La Liga menjadi sulit – El Real memaksa Barca tertinggal tiga poin di peringkat kedua klasemen La Liga Spanyol.
Musim memang masih panjang. Melihat performa La Pulga di pengujung 2016, tampaknya memang belum ada tanda-tanda dirinya bakal keluar dari perebutan gelar pesepakbola terbaik sejagad. Adapun Ronaldo yang menjadi rival pribadinya sedang naik daun bersama El Real. Meskipun Ronaldo sudah menginjak kepala tiga, bisa dibilang performanya justru meningkat – sementara Messi harus berhati-hati dengan inkonsistensi yang kerap menghantui Blaugrana di awal tahun.
Sementara itu pada awalnya bakal sulit bagi siapapun memprediksi musim 2015/16 menjadi milik Cristiano Ronaldo di level klub maupun internasional.

Real Madrid sempat dihajar pergantian pelatih dari Rafael Benitez ke Zinedine Zidane namun bersama Cristiano Ronaldo Los Blancos berhasil mengangkat trofi Liga Champions dan duduk di peringkat kedua klasemen akhir La Liga terpaut satu poin dari Barcelona. Kisah indah Cristiano berlanjut di level internasional bersama Portugal pada gelaran Euro 2016 musim panas lalu. Selecao yang tidak pernah menang di babak grup lolos ke fase gugur sebagai peringkat ketiga terbaik dan terus melaju ke partai final.
Di partai puncak Cristiano hanya tampil 17 menit sebelum ditabrak Dmitri Payet dan mengalami cedera namun dengan kaki yang dibebat dia terus menyatukan jiwanya bersama rekan satu tim dengan memberi semangat pada di sisi lapangan yang kemudian berbuah trofi bergengsi berkat gol Eder.
35 gol di La Liga, 16 di Liga Champions plus kontribusi tiga gol di Prancis yang dilengkapi dua trofi memang membuat langkah Cristiano Ronaldo tak bisa dihentikan menuju Ballon d'Or 2 tetapi apakah musim sekarang tetap milik sang superstar? Besar kemungkinan demikian.

Penambahan koleksi trofi dimulai lagi di Jepang Desember lalu saat El Real mematahkan perlawanan keras Kashima Antlers dengan skor 4-2 melalui babak tambahan waktu. Siapa lagi kalau bukan Cristiano yang jadi pahlawan tim pada pertandingan tersebut dengan hat-tricknya.
Seperti yang sudah ditegaskan Zinedine Zidane di awal musim, ambisi nomor satu mereka sekarang adalah mematahkan dominasi Barcelona di La Liga. Meski demikian harapan berjaya di Copa del Rey dan tentu saja Liga Champions tidak bisa diabaikan oleh tim sekelas Madrid apalagi Cristiano belum kehabisan motivasi.
Memang benar, banyak pihak menilai performa Cristiano tengah menurun namun Diego Maradona pun masih meyakini sang superstar bakal kembali ke performa terbaik. Satu hal lagi yang tidak bisa dilupakan, semangat kompetitifnya sungguh luar biasa karena sejarah selalu mencatat, ketika diragukan Cristiano selalu bisa menyuguhkan jawaban untuk membungkam para peragu.