CINTABERITA - Bulan November lalu saya mendapat kiriman email dari beberapa cewek yang membaca cerita saya, yang salah satunya dari Amelia. Amelia ternyata sekota dengan saya di pulau Lombok, usianya baru 18 tahun, pelajar Sekolah Menengah Umum yang terkenal di kota saya. Amelia atau panggilannya Lia, gadis berkulit putih, tinggi 187 cm, berat 52 kg dan ukuran payudaranya saya perkirakan 34B, betul-betul anak SMU yang baru berkembang.
Awal perkenalan saya dengan Lia, kami janji bertemu di rental internet favorit saya dekat mall.
“Hallo.. Om yang namanya Andi?” tanya seorang gadis SMU pada saya.
“Iya.. Amelia ya?” tanya saya kembali padanya sambil memperhatikan wajahnya yang manis, rambut hitam lurus sebahu dan masih memakai seragam SMU-nya.
“Lagi ngapain Om?” tanyanya sambil duduk di kursi sebelah saya.
“Liat email yang masuk nich, panggil aja Andi ya” pintaku.
“Ya, panggil juga saya dengan Lia” jawabnya sambil mepet melihat ke arah monitor komputer.
“Okey, Lia bolos sekolah ya, jangan keserinngan bolos loh” nasehatku.
“Enggak kok, wong nggak ada guru, lagi ada rapat tuch”
Wangi juga bau parfumnya, mana rok abu-abunya span lagi, si boy jadi bangkit nich. Wah, kalo bisa making love sama Lia, asyik juga.. Huh dasar lagi mumet nich otak, maunya si boy saja.
“Ndi, Lia boleh tanya nggak?”
“Boleh aja, andi itu orangnya terbuka kok en’ fair, mau nanya apa?”
“Kalo tamu ceweknya Andi ngajak jalan-jalan, bayar nggak?”
“Oh itu, ya terserah ceweknya, pokoknya keliling Lombok ditanggung senang dech”
“Masalah hotel, akomodasi dan lain-lain ditanggung tamu, gitu”
“Kalo making love gimana?” tanya Lia antusias.
“Kalo making love sich, terserah tamunya, kalo suka sama Andi, ayo aja”
“Biasanya Andi selama ini dibayar berapa sich?”
“Ya, kira-kira lima ratus ribu sampai satu jutaan”
“Itu berapa hari?”
“Terserah tamunya aja mau berapa hari, okey, puas?”
“Mmh..” guman Lia seperti ingin menanyakan sesuatu tapi ragu-ragu.
“Kalo Lia udah pernah dicium belum atau udah pernah making love?” tanyaku.
“Ih, si Om nanyanya gitu”
“Ah, nggak usah malu sama Andi, ceritain aja”
“Belum sich Ndi, cuma kalo nonton BF sering”
“Jangan ditonton aja, praktek dong sama pacar” tantang saya sambil menepuk pundaknya.
“Pacarnya Lia itu agak aneh kok”
“Gimana kalo praktek sama Andi, ditanggung senang dan tidak bakalan hamil”
“Hush, jangan aneh-aneh Ndi, Lia udah punya pacar lho”
“Nggak aneh kok, kalo praktek pacar-pacaran” rayu saya, sepertinnya ada peluang nich. Saya harus merayunya supaya Lia tidak ragu-ragu lagi.
“Iya sich, tapi..” jawabnya ragu-ragu.
Setelah selesai membalas email yang masuk, saya berencana mengajak Lia ke pantai Senggigi, siapa tahu ada kesempatan, ya nggak pembaca. Ternyata Lia itu tinggal bersama ibunya yang masih berusia 47 tahun dan suaminya tugas keluar pulau selama beberapa bulan.
“Mau nggak ke pantai jalan-jalan, tadi Lia naik apa?”
“Naik mobil, pake mobil Lia aja” ajaknya bersemangat sambil menggandeng tangan saya seperti Om dan keponakannya.
Ternyata mobilnya memakai kaca rayban gelap dan ber-AC lagi, jadi siang itu kami meluncur ke pantai senggigi dan sebelumnya kami membeli beberapa camilan dan saya juga membeli kondom, biasa.. he.. he..
Lia menjalankan mobil dengan santai, tapi saya jadi tegang terutama si boy dan bukan mobilnya yang jalan santai yang membuat saya tegang, rok abu-abunya itu lho. Sudah span, pas duduk dalam mobil otomatis bertambah pendek saja hingga memperlihatkan setengah bagian pahanya yang putih mulus dan masih kencang.
“Eh, Ndi kok bengong, ngelamun jorok ya?”
“Eh.. Eh.. Nggak juga” jawab saya tergagap-gagap.
“Terus kenapa liatin pahanya Lia terus”
“Badanmu itu bagus kok, rajin fitnes ya?”
“Pasti, supaya badan Lia tetap fit dan seksi. Gimana, seksi nggak?” tanyanya tersenyum.
“Seksi bo! Eh Lia parkir aja yang di pojok tuch” tunjukku pada sebuah pojokan, agak menjauh dari jalan raya dan terlindungi oleh pepohonan, asyik nih siapa tahu bisa indehoy.
“Bagus juga tuch tempatnya” jawab Lia setuju sambil memarkirkan mobilnya hingga pas dengan lebatnya pepohonan, yang kalau dari jalan raya tidak kelihatan dan juga tempatnya sepi, jauh dari pemukiman dan lalu lalang orang, paling-paling orang yang berjalan di pantai, itupun agak samar-samar.
Mudah-mudahan pembaca tidak bingung membayangkan ilustrasi tempat yang saya ceritakan. Setelah Lia parkir, kami saling curhat tentang masalah pribadi Lia yang belum pernah making love dan ibunya yang sering kesepian ditinggal suaminya pergi.
“Ngomongnya nggak enak ya kalo kita berjauhan begini”
“Maksud Andi..”
“Lia duduk aja dekat Andi”
“Tapi kursi itu kan cuma satu”
“Ayo dong Lia, duduk sini kupangku” rayu saya sambil menarik tangan kanannya.
“Malu ah, dilihat orang” jawabnya ragu-ragu sambil melihat ke arah pantai.
“Berarti kalau nggak ada orang nggak malu dong” ujarku sambil menarik tangannya agar mendekat pada saya.
“Ya.. Nggak gitu” jawabnya ragu-ragu.
“Saya udah jinak kok apalagi si boy ini paling jinak” goda saya lagi sambil menunjuk kontol saya yang sudah agak menggembung.
“Ih jorok ih” jawabnya tertawa pelan.
“Mau nggak?”
“Emm.. Bagaimana ya”
“Mau dech..” dan akhirnya dengan paksaan sedikit dan si Lia yang ragu-ragu untuk duduk, saya berhasil menariknya bahkan Lia duduk dengan sedikit ragu.
Saya pangku Lia sambil melihat kembali ke arah pantai. Posisi Lia yang saya pangku menyamping hingga kalau melihat ke pantai agak menoleh sedikit. Posisi itu sungguh enak dan kelihatan si Lia juga menikmatinya, kelihatan dari tangan kanannya yang melingkar pada bahu saya.
BANDAR TOGEL,BANDAR TOGEL TERBAIK, BANDAR TOGEL TEPERCAYA,SHIO TOGEL,PREDIKSI TOGEL, COLOK NAGA,COLOK BEBAS, COLOK MACAU