
CintaBerita™- IFAB dan FIFA mulai melakukan uji coba penerapan VAR dengan tujuan meminimalkan kesalahan wasit seperti apakah implemetnasi VAR? Bagao,ama penerapannya sejauh ini?
Sepakbila terus mengalami perkembangan tidak hanya dalam hal taktik peraturan dan aspenk bisnis kini salah satu olahraga yang paling digemari di seluruh dunia itu juga turut memanfaatkan kemajuan teknologi untuk menunjang jalannya pertandingan.
Pada Juni 2016 International Football Association Board (IFAB), badan yang berwenang dalam menentukan peraturan di dunia sepakbola atau Laws of the Game, bersama asosiasi sepakbola dunia (FIFA) sepakat mengembangkan penggunaan rekaman video untuk membantu wasit mengambil keputusan.
Setelah menerapkan penggunaan teknologi garis gawang (Goal-Line Technology) pada 2012, kini dua badan sepakbola dunia itu sedang mempersiapkan untuk kembali memanfaatkan kecanggihan teknologi dalam menentukan jalannya pertandingan sepakbola.
Wasit utama di lapangan akan mendapat bantuan tambahan dari Video Assistant Referees (VAR/VARs) yang bertugas memantau jalannya laga lewat layar yang memperlihatkan rekaman video dari kamera yang tersebar di stadion.
Menurut FIFA penerapan VAR akan digunakan secara maksimal untuk meninjau peristiwa penting yang bisa memengaruhi jalannya laga, seperti gol, keputusan penalti, kartu merah, dan menghindari kesalahan dalam mengidentifikasi seorang pemain.
Keputusan terkait keempat hal itu memang sebelumnya kerap menimbulkan kontroversi di dunia sepakbola.
Hal yang kerap menyulitkan wasit memimpin laga
Pada Piala Dunia 2010 misalnya saat tendangan gelandang timnas Inggris Frank Lampard sebenarnya telah masuk melewati garis gawang timnas Jerman yang dijaga Manuel Neuer, namun wasit memutuskan itu tidak gol. Inggris yang harusnya bisa menyamakan kedudukan menjadi 2-2 pada akhirnya harus menyerah 4-1. Hal tersebut kini telah bisa diatasi dengan adanya Goal-Line Technology dan akan semakin maksimal jika ditambah adanya bantuan dari VAR.
Pada Juni 2016 International Football Association Board (IFAB), badan yang berwenang dalam menentukan peraturan di dunia sepakbola atau Laws of the Game, bersama asosiasi sepakbola dunia (FIFA) sepakat mengembangkan penggunaan rekaman video untuk membantu wasit mengambil keputusan.
Setelah menerapkan penggunaan teknologi garis gawang (Goal-Line Technology) pada 2012, kini dua badan sepakbola dunia itu sedang mempersiapkan untuk kembali memanfaatkan kecanggihan teknologi dalam menentukan jalannya pertandingan sepakbola.
Wasit utama di lapangan akan mendapat bantuan tambahan dari Video Assistant Referees (VAR/VARs) yang bertugas memantau jalannya laga lewat layar yang memperlihatkan rekaman video dari kamera yang tersebar di stadion.
Menurut FIFA penerapan VAR akan digunakan secara maksimal untuk meninjau peristiwa penting yang bisa memengaruhi jalannya laga, seperti gol, keputusan penalti, kartu merah, dan menghindari kesalahan dalam mengidentifikasi seorang pemain.
Keputusan terkait keempat hal itu memang sebelumnya kerap menimbulkan kontroversi di dunia sepakbola.
Hal yang kerap menyulitkan wasit memimpin laga
Pada Piala Dunia 2010 misalnya saat tendangan gelandang timnas Inggris Frank Lampard sebenarnya telah masuk melewati garis gawang timnas Jerman yang dijaga Manuel Neuer, namun wasit memutuskan itu tidak gol. Inggris yang harusnya bisa menyamakan kedudukan menjadi 2-2 pada akhirnya harus menyerah 4-1. Hal tersebut kini telah bisa diatasi dengan adanya Goal-Line Technology dan akan semakin maksimal jika ditambah adanya bantuan dari VAR.Pada Juni 2016 International Football Association Board (IFAB), badan yang berwenang dalam menentukan peraturan di dunia sepakbola atau Laws of the Game, bersama asosiasi sepakbola dunia (FIFA) sepakat mengembangkan penggunaan rekaman video untuk membantu wasit mengambil keputusan.
Setelah menerapkan penggunaan teknologi garis gawang (Goal-Line Technology) pada 2012, kini dua badan sepakbola dunia itu sedang mempersiapkan untuk kembali memanfaatkan kecanggihan teknologi dalam menentukan jalannya pertandingan sepakbola.
Wasit utama di lapangan akan mendapat bantuan tambahan dari Video Assistant Referees (VAR/VARs) yang bertugas memantau jalannya laga lewat layar yang memperlihatkan rekaman video dari kamera yang tersebar di stadion.
Menurut FIFA penerapan VAR akan digunakan secara maksimal untuk meninjau peristiwa penting yang bisa memengaruhi jalannya laga, seperti gol, keputusan penalti, kartu merah, dan menghindari kesalahan dalam mengidentifikasi seorang pemain.
Keputusan terkait keempat hal itu memang sebelumnya kerap menimbulkan kontroversi di dunia sepakbola.
Hal yang kerap menyulitkan wasit memimpin laga
Pada Piala Dunia 2010 misalnya saat tendangan gelandang timnas Inggris Frank Lampard sebenarnya telah masuk melewati garis gawang timnas Jerman yang dijaga Manuel Neuer, namun wasit memutuskan itu tidak gol. Inggris yang harusnya bisa menyamakan kedudukan menjadi 2-2 pada akhirnya harus menyerah 4-1. Hal tersebut kini telah bisa diatasi dengan adanya Goal-Line Technology dan akan semakin maksimal jika ditambah adanya bantuan dari VAR.

Keputusan untuk memberikan penalti dan kartu merah juga sangat sulit bagi para wasit karena mereka tentunya hanya bisa melihat suatu peristiwa di lapangan dari sudut pandang yang terbatas, sehingga kerap menghasilkan keputusan yang kontroversial. Salah mengidentifikasi pemain juga tak jarang membuat wasit mengambil keputusan yang konyol.
Seperti peristiwa yang terjadi di Liga Primer Inggris saat Chelsea menjamu Arsenal pada 22 Maret 2014 yang kemungkinan besar tidak akan terulang jika sistem VAR telah diterapkan.


Di laga itu wasit Andre Marriner memberikan kartu merah pada bek The Gunners Kieran Gibbs, padahal rekannya, Alex Oxlade-Chamberlain, yang melakukan hand ball . Berbagai kritik pun bermunculan. Kartu merah itu membuat Arsenal harus bermain dengan sepuluh orang selama 75 menit. Mereka pun takluk dengan skor telak 6-0 dari The Blues .
Sebelum peristiwa-peristiwa tersebut tentu sudah banyak kontroversi yang lebih besar lagi seperti "Gol Tangan Tuhan" legendaris Diego Maradona di laga perempat-final Piala Dunia 1986 antara Argentina kontra Inggris, atau keputusan wasit menganulir dua gol Spanyol ke gawang Korea Selatan yang membuat mereka tersingkir dari Piala Dunia 2002.

Hal-hal seperti itu yang diharapkan tidak kembali terjadi dengan diterapkannya VAR. Menurut penjelasan dari pihak FIFA , dalam sistem tersebut wasit utama dapat memberikan informasi kepada para VAR (asisten wasit yang memantau lewat video) atau sebaliknya, tentang perlu atau tidaknya dilakukan peninjauan lebih lanjut dari suatu insiden.
Setelah itu, VAR melihat kembali tayangan video terkait insiden yang terjadi dan memberikan masukan kepada wasit utama lewat headset tentang apa yang terlihat di rekaman video.
Lalu wasit utama berhak meminta untuk melihat rekaman video itu di pinggir lapangan sebelum membuat keputusan atau langsung membuat keputusan yang sesuai setelah menerima informasi serta saran dari VAR.
Pro dan Kontra dalam Uji Coba VAR
Uji coba penerapan VAR pertama kali dilakukan pada Agustus 2016 dia ajang United Soccer League (USL) yang mempertemukan dua tim cadangan dari klub Major League Soccer (MLS), New York Red Bull II dan Orlando City B.
Wasit Ismail Elfath meninjau kembali dua pelanggaran di laga tersebut. Setelah berkonsultasi dengan Allen Chapman yang bertugas sebagai VAR, Elfath memutuskan mengeluarkan kartu merah dan kartu kuning di masing-masing insiden. Uji coba penggunaan teknologi video berjalan lancar di laga tersebut.
Setelah itu VAR kembali di uji coba pada September 2016 saat laga persahabatan antara Italia kontra Prancis. Wasit asal Belanda Bjorn Kuipers yang memimpin laga itu menyatakan bisa merasa lebih percaya diri saat memimpin laga itu karena adanya VAR.

Ada dua situasi yang membuatnya menggunakan teknologi yang akan merevolusi jalannya pertandingan sepakbola tersebut. Pertama insiden pelanggaran yang cukup keras dari bek Prancis Djibril Sidibé kepada gelandang veteran Italia Daniele De Rossi.
"[Giorgio] Chiellini langsung berkata: Rosso! [merah]," ungkap Kuipers seperti dikutip dari Telegraph. "Setelah meninjau kembali adegan itu, VAR memberi tahu saya sekitar sembilan atau sepuluh detik kemudian bahwa itu layak diganjar kartu kuning. Kemudian para pemain dapat menerima keputusan saya."
Setelah itu De Rossi kembali terlibat di insiden kedua setelah sundulannya di kotak penalti mengenai tangan Layvin Kurzawa.
"Di insiden kedua, VAR menyarankan saya untuk tidak memberikan penalti tujuh detik setelah kejadian. Para pemain kembali menerima keputusan saya. Kepercayaan dari para pemain memberikan saya lebih banyak kepercayaan diri," ungkap Kuipers usai laga yang berakhir dengan skor 3-1 untuk kemenangan Prancis itu..
VAR kemudian untuk pertama kalinya diterapkan dalam suatu turnamen resmi, yaitu Piala Dunia Antarklub 2016 yang berlangsung di Jepang. Pada 2012 ajang yang sama juga menjadi turnamen pertama yang menjadi uji coba dari penerapan Goal-line technology .

Kashima Antlers menjadi tim pertama yang mendapatkan hadiah penalti setelah menggunakan VAR, ketika sukses meraih kemenangan di semifinal Piala Dunia Antarklub atas Atletico Nacional Desember lalu. Di laga itu Wasit memberikan penalti setelah melihat video tayangan ulang di pinggir lapangan.


Pada laga semifinal lainnya Real Madrid juga sudah merasakan efek penggunaan VAR. Gol kedua Madrid yang dicetak Cristiano Ronaldo saat berhasil menang 2-0 atas Club America baru benar-benar disahkan setelah wasit melihat tayangan ulang.
Situasi membingungkan sempat terjadi setelah wasit Enrique Caceres yang awalnya menyatakan gol itu sah, kemudian sempat menganulir keputusannya karena mendapatkan informasi bahwa Ronaldo berpotensi berada dalam posisi off-side dari wasit yang bertugas memantau tayangan ulang (VAR).

asit kemudian kembali mengubah keputusannya itu dan mengesahkan gol Ronaldo. Hal tersebut terjadi setelah wasit melihat video tayangan ulang yang menunjukkan Ronaldo tidak berada dalam posisi off-side.
Setelah kejadian itu sang pelatih Real Madrid Zinedine Zidane pun kemudian mengatakan sistem VAR harus lebih jelas jika ingin digunakan secara reguler.
“Kita harus beradaptasi dengan apa yang FIFA inginkan,” kata Zidane usai laga.
“Dalam hal gol Ronaldo ada sedikit kebingungan. Sesuatu harus lebih jelas, tapi kita harus beradaptasi. Meningkatkan sesuatu bagus untuk sepakbola. Tapi ini harus lebih jelas untuk semua orang dan untuk saat ini tidak,” tambah pealatih berkebangsaan Prancis itu.
Sementara rekan Ronaldo di Madrid Luka Modric menyampaikan kritik terkait penerapan VAR sejauh ini.
"Sejujurnya, bantuan video adalah inovasi terbaru yang tidak saya sukai. Hal itu menimbulkan banyak kebingungan dan bagi saya itu bukan sepakbola," ujar Modric seperti dikutip dari Marca Desember lalu.
Selain kritik dari pelatih dan pemain Real Madrid itu, Presiden asosiasi sepakbola Eropa (UEFA) Aleksander Ceferin juga merasa masih ragu untuk menggunakan teknologi video tayangan ulang untuk membantu wasit dalam kompetisi sepakbola Eropa.

"Bagi saya dan UEFA, untuk saat hal itu masih berupa eksperimen," ujar Ceferin seperi dikutip dari Goal Internasional.
"Belum ada kejelasan dan kami tidak tahu kapan akan menggunakan itu. Kita lihat apa yang akan terjadi di masa mendatang, tapi kami belum berencana untuk menggunakannya," tambahnya.
Sementara itu pihak FIFA merasa yakin VAR akan sangat bermanfaat untuk meminimalisir kesalahan wasit di masa mendatang.
Kepala Perwasitan FIFA Massimo Busacca memberikan pembelaan terhadap penerapan VAR yang mendapatkan kritik saat diuji coba pada penyelenggaraan Piala Dunia Antarklub tahun ini.

"Para Wasit melakukan pekerjaan yang sangat sulit karena tidak banyak mendapatkan waktu untuk melakukan uji coba. Kami menerima kritik, tapi kami perlu waktu," ujar Busacca.
"Poin utama dari teknologi adalah tidak ada satu pihak yang mengalami kekalahan karena kesalahan wasit dalam membuat keputusan," tambahnya.
Presiden FIFA Gianni Infantino juga turut berkomentar tentang uji coba VAR di ajang Piala Dunia Antarklub yang sempat menimbulkan kebingungan tersebut.

Menurutnya itu adalah terjadi karena suatu kesalahan komunikasi antara VAR dengan wasit yang berada di lapangan sehingga gol Ronaldo sempat dianulir sebelum akhirnya disahkan.
"Itu adalah masalah komunikasi, kami memohon maaf terkait itu," ujar Infantino.
Pesepakbola legendaris asal Belanda yang kini menjadi kepala pengembangan teknik FIFA, Marco van Basten, mengungkapkan usai Ronaldo mencetak gol sebenarnya VAR sedang berbicara dengan operator pertandingan, namun sang wasit mengira asisten wasit yang bertugas melihat rekaman video itu sedang berbicara padanya.

yang wasit perlukan untuk meninjau kembali video tayangan ulang untuk membuat keputusan. Hal itu dikhawatirkan bisa mengganggu jalannya laga.
Van Basten pun menegaskan VAR hanya akan digunakan pada peristiwa penting seperti penalti, kartu merah, dan gol.
"[Ini hanya akan digunakan untuk menentukan] penalti, kartu merah, dan gol, tidak untuk sepak pojok, tendangan bebas, dan offside," ujarnya seperti dikutip dari business-standard.com .
Sementara Infantino mengatakan VAR tentu tidak diharapkan akan banyak mengganggu jalannya laga karena menurutnya hanya ada dua situasi yang bisa membuat wasit melihat tayangan video.
"Kami tidak ingin jalannya laga terganggu, ini hanya digunakan dalam dua situasi: pertama, ketika wasit ragu dalam situasi yang bisa mengubah jalannya laga, maka sang wasit bisa meminta konfirmasi; kedua, kesalahan yang sudah jelas terjadi."
Infantino juga merasa mendapatkan sedikit tambahan waktu untuk bisa membuat keputusan yang terbaik wajar dilakukan terlebih di laga menentukan dalam ajang besar seperti Piala Dunia.
"Bagaimana jika kami menghabiskan satu menit atau 30 detik di ajang Piala Dunia untuk membuat keputusan tepat yang berpengaruh pada menang atau kalahnya suatu tim?" tambahnya.
Namun pada dasarnya Infantino dan Van Basten setuju penerapan VAR masih harus ditingkatkan sebelum resmi digunakan di ajang besar seperti Piala Dunia 2018 mendatang.
"Ketika Anda memulai hal baru, Anda butuh waktu lebih. Jika kami bisa menentukannya dalam 15 detik kami akan senang," ujar Van Basten.
"Dalam beberapa bulan, atau tahun, semuanya akan paham, ini hanya soal waktu, semuanya akan senang," tambahnya.
Pro dan kontra akan selalu ada. Beberapa perbedaan pandangan juga telah diungkapkan oleh beberapa pelatih, pemain, wasit, dan petinggi FIFA.
Ada kelebihan dan kekurangan tersendiri dari penggunaan teknologi video demi membantu wasit dalam memimpin suatu pertandingan sepakbola. Terlepas dari beberapa kekurangan yang dikeluhkan di masa uji coba, VAR memiliki prospek membuat suatu laga berjalan dengan adil dan terhindar dari kesalahan para wasit.
Namun di satu sisi kesalahan atau kontroversi yang terjadi karena kekurangan para wasit tak jarang membuat sepakbola lebih menarik dan banyak dibicarakan.
VAR bisa saja membuat sepakbola lebih baik dari sisi keadilan di atas lapangan karena wasit mendapat bantuan yang besar lewat teknologi rekaman video. Tapi akankah jalannya pertandingan sepakbola menjadi lebih menarik? Belum tentu.