CINTABERITA - Kehadiran robot seks mengakibatkan dilema ethical dan hukum. Kemajuan teknologi robot seks berikut udah membawa persoalan sungguh-sungguh seputar moral, dan standing hukum. LIVE SCORE
Profesor Robin MacKenzie, pakar etika dari Kent Law School mengatakan, kehadiran robot seks udah menyentuh batas pada ethical dan hukum. Dia memaparkan, seks yang terdiri dari unsur biologis, sosial, psikologis, dan kultural itu ternodai kehadiran robot seks yang menukar peran manusia sebagai pelakunya.AGEN IBCBET
"Jadi (robot seks) adalah jenis kelamin manusia atau hewan. Kelompok seperti itu diakui sebagai makhluk hidup yang tidak bisa menyetujui seks bersama dengan keperluan yang perlu perlindungan. Sentuhan seksual yang secara sadar, dan diciptakan untuk terlibat di dalam keintiman emosional atau seksual bersama dengan manusia tergganggu oleh kemajuan teknologi ini," ujar dia.SABUNG AYAM PREDIKSI PERTANDINGAN LIVE SCORE
"Mereka (robot seks) bukan manusia, meski mereka dapat nampak seperti manusia, menjadi seperti kami yang bisa menyentuh dan melakukan tindakan sebagai pasangan intim secara seksual. Sementara mereka diproduksi, terdiri dari komponen biologis, lengkap bersama dengan perasaan, kesadaran diri dan kapasitas untuk terjalin bersama dengan manusia, berarti mereka tidak bisa dikategorikan sebagai barang atau binatang," sambungnya.PREDIKSI PERTANDINGAN
Robot seks, memang bisa menukar fungsi manusia untuk lakukan jalinan intim. Namun, keberadaan alat yang satu ini tidak bisa di terima secara etika.
"Etika, pembuat undang-undang dan produsen memperlakukan boneka sebagai makhluk intim, seks di masa depan lebih dari sekadar hal itu. Boneka seks atau robot animasi yang saat ini dijual bebas, bisa mensimulasikan tampilan manusia, berpikiran posisi seksual dan mencontoh obrolan dan emosi manusia. Ini adalah hal-hal yang secara tidak sadar, tidak bisa menjalin jalinan atau keintiman, seperti yang dijelaskan di dalam laporan Foundation for Responsible Robotics yang baru saja dirilis," imbuhnya.
"Proposal Parlemen Eropa yang disahkan pada bulan Februari 2017 untuk mengenali robot cerdas sebagai 'orang elektronik' legal, hanya berfokus pada robot sebagai barang, alat atau perangkat. Mereka hanya mengupayakan menegaskan bahwa perusahaan yang punyai robot bertanggung jawab atas rusaknya yang terjadi, dan bahwa robot berikut diprogram untuk menjauhi kerugian bagi manusia," sambung dia. AGEN SBOBET
Meski begitu, dia menyatakan, tiap tiap orang berhak mengambil keputusan untuk menerima atau menolak keberadaan robot seks.BANDAR BOLA ONLINE
"Ini kembali pada kepribadian masing-masing, kebolehan untuk mengambil keputusan apakah dapat menyetujui atau menolak robot seks, dan punyai ketentuan yang dijunjung tinggi oleh undang-undang. Namun, kepribadian hukum penuh perlu aksi lebih lanjut, haruskah kami membahas persoalan robot seks ini, terhitung hak untuk menikah? Atau wajib kami menerima bahwa kami dapat terlibat di dalam tindakan etis, keintiman seksual dan emosional eksploitatif bersama dengan makhluk hidup bawahan yang dibuat dan dijual untuk tujuan itu," tandasnya.JUDI BOLA
Sekadar diketahui, Profesor McKenzie merupakan pakar faktor etika dan ilmu saraf. Dia terhitung merupakan anggota Dosen Robot Inisiatif Inisiatif FET yang didanai Uni Eropa untuk Citizens Ethics plus Society Working Group menyelidiki implikasi secara etis dan hukum dari penciptaan robot seks di Eropa. (Mirror) AGEN BOLA