CINTABERITA - Didahului suara dentuman keras, tanah di sekitar sumur milik warga Desa Manggis, Kecamatan Puncu Kabupaten Kediri berderak. Selang 3-4 hari kemudian, sumur dengan dinding beton terperosok (ambles) hingga kedalaman 3 meter. Tidak butuh waktu lama, fenomena sumur ambles meluas ke Desa Gadungan. Jumlahnya pun mencapai ratusan sumur.
Dering telepon selular Bambang Setiadi nyaris tak berhenti. Belum juga standar samping motor bebek matic menyentuh permukaan tanah, nada panggil kembali berbunyi. “Iya kami minta tolong air besih untuk segera dikirim,“ katanya menjawab suara di seberang saluran ponsel. Motor berhenti tepat di sebelah tandon air berukuran 600 liter.
Dering telepon selular Bambang Setiadi nyaris tak berhenti. Belum juga standar samping motor bebek matic menyentuh permukaan tanah, nada panggil kembali berbunyi. “Iya kami minta tolong air besih untuk segera dikirim,“ katanya menjawab suara di seberang saluran ponsel. Motor berhenti tepat di sebelah tandon air berukuran 600 liter.
Bambang tidak juga beranjak dari atas motor. Kedua kakinya menjuntai, menjejak tanah menggantikan fungsi standar kendaraan. Raut wajahnya serius. Ponsel masih menempel ketat di telinga. Percakapan terus berlanjut. Mungkin pengaruh jaringan signal selular yang kurang stabil, volume suara Bambang terdengar naik turun.
Kadang keras. Kadang diulang ulang dan dipertegas. Maklum Desa Manggis merupakan dataran tinggi. Dari puncak Gunung Kelud hanya berpaut beberapa kilometer saja.
“Rutin setiap hari saya bersama perangkat lain mengontrol distribusi air bersih,“ terang Bambang yang menjabat sebagai Kepala Dusun Jambean beberapa waktu lalu.
Sejak fenomena ratusan sumur ambles melanda Desa Manggis, dia termasuk yang menanggung tanggung jawab atas penyaluran air bersih. Tidak peduli pagi, siang, sore maupun malam hari, setiap ada laporan via ponsel, Bambang sontak berkeliling melakukan pemantauan ke rumah warga. Bersama perangkat lain dia memastikan apakah air bersih sudah merata atau belum.
Memastikan apakah penyaluran sudah tepat sasaran atau tidak.
“Sebab pembagian tidak merata terkadang masih terjadi. Ada warga yang belum dapat,“ paparnya.
Sore itu suasana di Desa Manggis tampak riuh. Lalu lalang kendaraan di jalan seperti tak putus putus. Tidak sedikit pengendara roda dua mengangkut jurigen air dengan kapasitas lima literan.
Satu unit mobil pemadam kebakaran dengan tangki 2.000 liter tampak mengisi tandon air berukuran 600 liter. Sejumlah jurigen kosong mengantri dibawahnya. Jurigen beragam ukuran itu milik warga. Pemkab Kediri kata Bambang telah menempatkan tandon air di sejumlah titik permukiman.
“Sebab paska sumur ambles, sebagian warga praktis kekurangan air bersih,” jelasnya.
Dari sebanyak 125 sumur di lingkungan Jambean, 11 diantaranya ambles. Dinding sumur anjlok hingga kedalaman 3 meter. Ternyata tidak hanya di Jambean. Dari 78 sumur di Dusun Nanas, 37 diantaranya juga ambles. Kemudian di Dusun Dorok 80 sumur dan satu sumur di Dusun Manggis. Fenomena itu meluas juga di Desa Gadungan Kecamatan Puncu dan Kecamatan Plosoklaten. Keseluruhan ada 183 sumur ambles.
Kemudian 113 sumur airnya mendadak keruh. Air sumur menguning dan berbusa. Kedalaman sumur dari 17 meter naik menjadi 11-12 meter.
Suparman, Ketua RT 01 RW 02 masih ingat bagaimana suara dentuman keras mengawali musibah sumur ambles. Kejadian pertama kali berlangsung 24 April 2017. Seperti tumbukan dalam tanah, gema yang diikuti derak itu terdengar bertalu talu. Air dalam sumur bergoyang.
“Terdengar dentuman 6-7 kali berturut turut. Berhenti sekitar tiga jam, kemudian terdengar lagi. Suasananya mencekam,“ kenangnya.
Bila berlangsung malam hari, pemilik sumur sontak tak berani tidur. Mereka merasa waswas dentuman itu merembet ke bangunan rumah.
Disisi lain para tetangga sontak berdatangan. Semuanya ingin menyaksikan peristiwa misterius itu dari dekat.
“Saat sumur saya ambles, saya juga tidak berani tidur. Kebetulan sumur saya terjadi malam hari. Ada yang terjadi pagi atau siang hari,“ paparnya.
Usai dentuman permukaan air sumur selalu naik. Kondisinya selalu keruh, kotor dan berbusa. Bila sudah begitu, 3-4 hari berikutnya sumur dipastikan ambles. Dinding betonya terperosok ke dalam tanah hingga 3 meter. Dalam peristiwa itu Suparman melihat sebuah pola yang sama. Suara dentuman, air sumur keruh dan naik ke permukaan, baru kemudian menyusul ambles. Dia juga melihat amblesnya sumur ini terjadi di wilayah terendah menuju kawasan yang semakin mendekati Gunung Kelud.
“Yang pertama terjadi di Dusun Nanas yang secara geografis posisinya terendah. Kemudian naik keatas,“ jelasnya.
Musibah sumur ambles ini baru pertama kali terjadi di wilayah Kabupaten Kediri. Tidak sedikit warga menganggap sebagai peristiwa yang tidak lazim. Suparman mengatakan tidak pernah tahu sampai kapan musibah ini bakal berhenti.
Sebab tidak tertutup kemungkinan musibah sumur ambles meluas ke desa lain. Kepada pemerintah, yakni Pemkab Kediri maupun Pemerintah Provinsi Jawa Timur warga berharap adanya bantuan sumur baru. Dari perincian 6 paralon dengan ukuran 3-4 dim untuk kedalaman 25 meter serta satu unit mesin pompa listrik, biaya pembuatan satu sumur Rp4,5 juta.
“Kita semua tidak pernah tahu sampai kapan musibah ini berlalu. Kami berharap ada bantuan sumur baru,“ pungkasnya.
Dalam peristiwa alam ini PVMBG telah melakukan kajian ke lokasi. Amblesnya sumur diduga akibat piroklastik atau sifat fisik lapisan abu dan pasir vulkanik serta endapan lahar yang mudah runtuh dan tidak kompak.
Ketidakkompakan itu mengakibatkan longsoran ke dalam dan berongga. Atas peristiwa ini Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kediri menetapkan status tanggap darurat bencana. Plt Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Kediri Randy Agata mengatakan bahwa meski keruh air sumur milik warga masih aman.
“Air tidak mengandung zat berbahaya. Air yang keruh masih bisa diendapkan,“ ujarnya. Wakil Gubernur Jawa Timur Saifullah Yusuf atau Gus Ipul juga meninjau lokasi sumur ambles. Di depan warga dan pejabat Pemkab Kediri Gus Ipul menjanjikan adanya bantuan sumur untuk warga yang sumurnya ambles.
Kadang keras. Kadang diulang ulang dan dipertegas. Maklum Desa Manggis merupakan dataran tinggi. Dari puncak Gunung Kelud hanya berpaut beberapa kilometer saja.
“Rutin setiap hari saya bersama perangkat lain mengontrol distribusi air bersih,“ terang Bambang yang menjabat sebagai Kepala Dusun Jambean beberapa waktu lalu.
Sejak fenomena ratusan sumur ambles melanda Desa Manggis, dia termasuk yang menanggung tanggung jawab atas penyaluran air bersih. Tidak peduli pagi, siang, sore maupun malam hari, setiap ada laporan via ponsel, Bambang sontak berkeliling melakukan pemantauan ke rumah warga. Bersama perangkat lain dia memastikan apakah air bersih sudah merata atau belum.
Memastikan apakah penyaluran sudah tepat sasaran atau tidak.
“Sebab pembagian tidak merata terkadang masih terjadi. Ada warga yang belum dapat,“ paparnya.
Sore itu suasana di Desa Manggis tampak riuh. Lalu lalang kendaraan di jalan seperti tak putus putus. Tidak sedikit pengendara roda dua mengangkut jurigen air dengan kapasitas lima literan.
Satu unit mobil pemadam kebakaran dengan tangki 2.000 liter tampak mengisi tandon air berukuran 600 liter. Sejumlah jurigen kosong mengantri dibawahnya. Jurigen beragam ukuran itu milik warga. Pemkab Kediri kata Bambang telah menempatkan tandon air di sejumlah titik permukiman.
“Sebab paska sumur ambles, sebagian warga praktis kekurangan air bersih,” jelasnya.
Dari sebanyak 125 sumur di lingkungan Jambean, 11 diantaranya ambles. Dinding sumur anjlok hingga kedalaman 3 meter. Ternyata tidak hanya di Jambean. Dari 78 sumur di Dusun Nanas, 37 diantaranya juga ambles. Kemudian di Dusun Dorok 80 sumur dan satu sumur di Dusun Manggis. Fenomena itu meluas juga di Desa Gadungan Kecamatan Puncu dan Kecamatan Plosoklaten. Keseluruhan ada 183 sumur ambles.
Kemudian 113 sumur airnya mendadak keruh. Air sumur menguning dan berbusa. Kedalaman sumur dari 17 meter naik menjadi 11-12 meter.
Suparman, Ketua RT 01 RW 02 masih ingat bagaimana suara dentuman keras mengawali musibah sumur ambles. Kejadian pertama kali berlangsung 24 April 2017. Seperti tumbukan dalam tanah, gema yang diikuti derak itu terdengar bertalu talu. Air dalam sumur bergoyang.
“Terdengar dentuman 6-7 kali berturut turut. Berhenti sekitar tiga jam, kemudian terdengar lagi. Suasananya mencekam,“ kenangnya.
Bila berlangsung malam hari, pemilik sumur sontak tak berani tidur. Mereka merasa waswas dentuman itu merembet ke bangunan rumah.
Disisi lain para tetangga sontak berdatangan. Semuanya ingin menyaksikan peristiwa misterius itu dari dekat.
“Saat sumur saya ambles, saya juga tidak berani tidur. Kebetulan sumur saya terjadi malam hari. Ada yang terjadi pagi atau siang hari,“ paparnya.
Usai dentuman permukaan air sumur selalu naik. Kondisinya selalu keruh, kotor dan berbusa. Bila sudah begitu, 3-4 hari berikutnya sumur dipastikan ambles. Dinding betonya terperosok ke dalam tanah hingga 3 meter. Dalam peristiwa itu Suparman melihat sebuah pola yang sama. Suara dentuman, air sumur keruh dan naik ke permukaan, baru kemudian menyusul ambles. Dia juga melihat amblesnya sumur ini terjadi di wilayah terendah menuju kawasan yang semakin mendekati Gunung Kelud.
“Yang pertama terjadi di Dusun Nanas yang secara geografis posisinya terendah. Kemudian naik keatas,“ jelasnya.
Musibah sumur ambles ini baru pertama kali terjadi di wilayah Kabupaten Kediri. Tidak sedikit warga menganggap sebagai peristiwa yang tidak lazim. Suparman mengatakan tidak pernah tahu sampai kapan musibah ini bakal berhenti.
Sebab tidak tertutup kemungkinan musibah sumur ambles meluas ke desa lain. Kepada pemerintah, yakni Pemkab Kediri maupun Pemerintah Provinsi Jawa Timur warga berharap adanya bantuan sumur baru. Dari perincian 6 paralon dengan ukuran 3-4 dim untuk kedalaman 25 meter serta satu unit mesin pompa listrik, biaya pembuatan satu sumur Rp4,5 juta.
“Kita semua tidak pernah tahu sampai kapan musibah ini berlalu. Kami berharap ada bantuan sumur baru,“ pungkasnya.
Dalam peristiwa alam ini PVMBG telah melakukan kajian ke lokasi. Amblesnya sumur diduga akibat piroklastik atau sifat fisik lapisan abu dan pasir vulkanik serta endapan lahar yang mudah runtuh dan tidak kompak.
Ketidakkompakan itu mengakibatkan longsoran ke dalam dan berongga. Atas peristiwa ini Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kediri menetapkan status tanggap darurat bencana. Plt Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Kediri Randy Agata mengatakan bahwa meski keruh air sumur milik warga masih aman.
“Air tidak mengandung zat berbahaya. Air yang keruh masih bisa diendapkan,“ ujarnya. Wakil Gubernur Jawa Timur Saifullah Yusuf atau Gus Ipul juga meninjau lokasi sumur ambles. Di depan warga dan pejabat Pemkab Kediri Gus Ipul menjanjikan adanya bantuan sumur untuk warga yang sumurnya ambles.
AGEN JUDI BOLA,AGEN JUDI BOLA TEPERCAYA,AGEN JUDI BOLA TERBAIK,SBOBET,IBCBET,SABUNG AYAM,BOLA TANGKAS